International lecture Day 5 : Linguistic and Hermeneutical Approach in Islamic Studies
Selasa, 27/12/22 Fakultas Ushuluddin mengadakan ILOAR International Lecture on Academic Research. Kegiatan ini bagian dari usaha Fakultas Ushuluddin untuk menjalin kerjasama internasional dan juga mendatangkan mahasiswa asing supaya bisa merasakan atmosfer akademik di IAIN Kudus. Direktur ILOAR Atika Ulfia Adlina, M.S.I menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari intellectual effort mewujudkan misi IAIN Menyapa dunia yang sering digaungkan oleh rektor IAIN Kudus Prof.Dr.H. Abdurrahman Kasdi, LC, M.Si. Pada sesi hari selasa 27/12/22 materi yang disampaikan adalah Linguistic approach in Islamic Studies yang disampaikan oleh Nuskhan Abid, M.Pd Ketua Prodi Aqidah Filsafat dan Islam yang ahli di bidang linguistic. Dalam paparannya dijelaskan bahwa peran bahasa dalam studi Islam sangat urgen karena melalui bahasa bisa mendapatkan horizon dan cakrawala nilai-nilai yang terkandung dalam teks melalui analisis kebahasaan. Kesalahan memahami stuktur kebahasaan yang ada dalam al-Qur’an dan hadis tentu akan menjadi misleading. Di samping itu peneliti juga harus mengetahui jenis manuskrip yang akan dikaji apakah original research, conceptual paper, technical paper, systematic review atau brief communication. Kegiatan ini diikuti oleh mahasiswa dari Srilanka, Malaysia dan Thailand. Meskipun dilaksanakan secara daring (online) dengan platform zoom meeting international lecture berjalan dengan lancar dan para peserta sangat antusias dengan paparan materi dari Nuskhan Abid, M.Pd.
Kegiatan (ILOAR) International Lecture on Academic Research ini juga membahas tema yang sangat menarik yaitu hermeneutical approach in Islamic Studies kegiatan international lecture ini diikuti oleh para mahasiswa asing seperti dari Srilanka, Malaysia dan Thailand. Moderator kegiatan ini adalah Abdullah Hanapi, M.Hum sedangkan Pemateri kajian hermeneutika adalah Dr. Abdul Fatah, M.Si Sekretaris Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir. Dalam paparannya disampaikan bagaimana sejarah dari hermeneutika yang embrionya berawal dari dinamika pergeseran kajian filsafat dimulai dari kosmosentris di mana alam sebagai objek pemikiran filsafat kemudian bergeser ke teosentris di mana Tuhan sebagai objek wacana dan pemikiran filsafat bergeser lagi ke antroposentris manusia sebagai objek wacana filosofis dan bergeser lagi pada logosentris di mana bahasa sebagai pusat wacana. Dari logosentri ini lah lahir dua madhab strukturalisme dan hermeneutika. Strukturalisme dibawah tokoh Ferdinand de Saussure. Hermeneutika dibawah tokoh Schleiermacher, Dilthey, Gadamer, Jurgen Hebermas dan lain lain. Fase ini-lah titik awal perkembangan hermeneutika.
Dalam konteks Islamic studies hermeneutika menawarkan pendekatan baru untuk memahami teks guna mengurai secara lugas apa maksud tersembunyi dari the god’s will. Cara yang ditawarkan untuk membongkar the hidden meaning dari sebuah teks adalah dengan memahami relasi tiga sisi yang disebut dengan lingkaran hermeneutika yaitu world of author, world of text dan world of reader. Tiga komponen ini saling mempengaruhi, dengan memahami semua tiga aspek tersebut akan mampu memproduksi pemahaman komperhensif. Selain itu hermeneutika juga menawarakan konsep re-living dan re-thinking mengajak pembaca (raader/interpreter) untuk seakan hidup atau memikirkan kembali perasaan dari sang author. Pembaca harus berempati dan memposisikan dirinya, perasannya dan pemikirannya pada author tujuannya adalah untuk shorten memperpendek distansi antara reader dan author.
Kajian hermeneutika memang complicated dibutuhkan long intellectual journey untuk bisa memahami dengan baik, meskipun demikian memang ada sebagian komonitas intelektual muslim yang tidak setuju dengan kehadiran hermeneutika karena diangap ulumu tafsir sudah cukup sebagai alat untuk mentafsirkan al-Qur’an. Maka hermeneutika adalah tawaran dan menu alternative untuk memahami al-Qur’an jika cocok silahkan diambil jika tidak ya silahkan ditolak. Wassalam.