International Lecture on Academic Research (ILOAR) Day 8: Living Qur’an as Methodological Research

Blog Single

Senin, 16 Januari 2023 ILOAR (international research on academic research) masuk pertemuan ke 8 dengan mengangkat tema Living Qur’an as Methodological Research. Moderator pada kegiatan ini adalah M. Tholib Khoirul Waro, M.Ag, Dosen IQT dan sebagai pembicara adalah Dr. Abdul Fatah, M.Si, sekretaris prodi Ilmu al Qur’an dan tafsir, Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus.  
Mengawali presentasinya Dr. Abdul Fatah, M.Si menyampaikan bahwa kajian studi al-Qur’an sangat dinamis karena objek dari al-Qur’an tak lain adalah manusia, sedangkan manusia dengan akal budinya selalu mengalami perkembangan (dinamis) dalam berbagai hal termasuk di sana adalah kebudayaannya. Maka dinamisnya manusia ini-lah menjadi tantangan al-Qur’an untuk merespon segenap perubahan pola budaya yang dibentuk oleh manusia tersebut. Maka, menjadi penting untuk memahami kajian al-Qur’an dalam bingkai sosial – budaya , sehingga ruh al-Qur’an sebagai petunjuk umat manusia benar-benar bisa nampak (visible) dan applicable
Living al-Qur’an adalah kajian atau penelitian ilmiah tentang berbagai peristiwa sosial terkait dengan kehadiran al-Qur’an atau keberadaan al-Qur’an di sebuah komonitas muslim tertentu.  Living al-Qur’an  berawal dari fenomena Qur’an in daily activity fungsi dan makna al-Qur’an ril dipahami dan dialami masyarakat muslim. Kajian seperti ini umumnya belum menjadi objek studi ilmu-ilmu al-Qur’an konvensional. Meskipun embrio dari kajian ini sudah ditemukan di fase awal-awal sejarah Islam. Seperti contoh Nabi pernah menyembuhkan penyakit dengan ruqyah lewat al-fatihah atau menolak sihir dengan surat surah muawidatain (falaq dan an-Nas) fenomena ini bermakna bahwa posisi al-Qur’an berfungsi di luar kapasitasnya sebagai teks. Bentuk fenomena ini-lah bagian dari kajian living Qur’an.  
Fenomena masyarakat di suatu wilayah sangat beragam terkait interaksinya dengan al-Qur’an semisal fenomena tekait dengan pelajaran membaca al-Qur’an, fenomena penulisan bagian ayat-ayat tertentu dari al-Qur’an di tempat-tempat tertentu, fenomena pemenggalan ayat-ayat al-Qur’an tertentu yang menjadi formula pengobatan, doa-doa dan sebagainya. 
Model studi al-Qur’an yang menjadikan fenomena yang hidup di masyartakat menjadi objek kajian tak lain adalah bagian dari studi sosial budaya. Model kajin ini pada perkembangannya disebut dengan Living al-Qur’an. 

Kegiatan ini diakhiri dengan  sesi tanya jawab dan closing  oleh wakil dekan 1 bidang akademik Dr. Abdul Karim, SS, MA yang memberikan apresiasi kepada para peserta dari Myanmar, Thailand, Malaysia dan beberapa kampus di luar IAIN Kudus yang bersedia mengikuti dan sharing terkait kajian living Qur’an. Semoga atmosfer akademik ini tetap kita lestarikan dan mampu ditingkatkan dari tahun ke tahun untuk menuju world class university. Pungkasnya mengakhiri acara.

Share this Post1: