Tadabbur Ramadhan dan Khotmil Qur'an Bersama Para Profesor Fakultas Ushuluddin IAIN Kudus
Senin 1 April 2024, Fakultas Ushuluddin Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Kudus melaksanakan Kegiatan Ramadhan dengan tema “Tadabbur Ramadhan dan Khotmil Qur’an Bersama Para Profesor” melalui zoom meeting yang dibuka secara resmi oleh Rektor IAIN Kudus Prof. Dr. H. Abdurrahman Kasdi, Lc. M.Si., bergabung sebagai narasumber yaitu Guru Besar pada Fakultas Ushuluddin diantaranya Prof. Dr. H. Ahmad Atabik, Lc., M.S.I Guru Besar Ilmu al-Qur’an dan Tafsir sekaligus Dekan Fakultas Ushuluddin, Prof. Dr. H. Fathul Mufid, M.S.I Guru Besar Filsafat Islam, dan Prof. Dr. Umma Farida, M.A Guru Besar Ilmu Hadis. Pembukaan kegiatan Tadabbur al-Qur’an dipimpin oleh Rinova Cahyandari, M.Psi Dosen pada Program Studi Tasawuf dan Psikoterapi yang membagi kegiatan menjadi 3 yaitu Pembukaan, Kegiatan Inti dan Penutup. Rektor IAIN Kudus Prof. Dr. H. Abdurrahman Kasdi, Lc. M.Si menyampaikan dalam sambutannya : “Bahwa inisiasi kegiatan Tadabbur Ramadhan dapat menjadi inspirasi dan penting dalam kaitannya melakukan pembacaan, meresapi/mengkaji makna, dan mengamalkan kandungan al-Qur’an”, apresiasi terhadap kegiatan seperti ini yang diselenggarakan oleh Fakultas Ushuluddin dan mudah-mudahan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam meraih keberkahan”. Sofi Aulia Rahmania, M.Pd Dosen Program Studi Aqidah dan Filsafat Islam sebagai moderator selanjutnya memimpin kegiatan Tadabbur Ramadhan yang disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ushuluddin dengan pemaparan biodata masing-masing
Prof. Dr. H. Ahmad Atabik, Lc., M.S.I sebagai narasumber pertama menyampaikan tema “Fawaid Ramadhan“ dengan menjelaskan bahwa Ramadhan adalah momentum untuk memaksimalkan ibadah bagi setiap muslim, sebagaimana kata “Ramadhan” disebutkan dalam al-Qur’an dan hadis dalam berbagai bentuk penjelasan, sehingga pembahasan tentang puasa Ramadhan dalam beragam penjelasan dapat dipelajari dan mudah dipahami oleh masyarakat. Narasumber pertama juga menambahkan “bulan ramadhan adalah bulan penuh rahmat yang memiliki banyak fadhilah dan pelajaran, ketika berbicara tentang ramadhan, maka terdapat ayat dalam al-Qur’an yang secara spesifik menunjukan bahwa Ramadhan adalah “syahr al-Quran”. Penelusuran terhadap “Kitab Tafsir” ditemukan penjelasan bahwa penurunan al-Quran terjadi di bulan Ramadhan, dan secara khusus dijelaskan (penurunannya) pada malam “Lailatur Qadar”, namun pakar terdahulu (Mufassir) tidak membuat perincian detail kapan waktu terjadinya (secara penanggalan). Penelusuran historis kitab-kitab yang diturunkan sebelumnya (Taurat dan Injil) sebelum al-Quran, dapat ditemukan penjelasan beragam seperti Kitab Taurat memiliki kekhususan diturunkan kepada Nabi Musa di Gunung Tursina dengan menunggu/selama 40 hari, dengan memilih tempat (yang disucikan) dan waktu yang khusus, maka Ramadhan dapat menjadi pembuka untuk menelusuri kesejarahan lebih jauh terkait peristiwa-peristiwa yang berkaitan Keutamaan Ramadhan, salah satu peristiwa sejarah yang terjadi di bulan ramadhan salah satunya adalah Ghazwah Badr al-Kubra (Perang Badar) pada 624 Masehi atau tahun ke 2 H dimana jumlah pasukan muslim 313 menghadapi 950 atau seribuan pasukan lawan, dan peristiwa Fathu Makkah (Penaklukan Kota Mekkah) pada 20 Ramadhan tahun ke-8 H yang menandakan “Titik Kembali” ke kota Mekkah, tempat dimana menjadi kiblat ibadah, kelahiran Nabi, dan Pesan Islam pertama disampaikan
Prof. Dr. Fathul Mufid, M.S.I sebagai narasumber ke-2 menyampaikan tema “Bulan Ramadhan Tinjauan Filsafat, Tasawuf, dan al-Qur’an “ dengan menjelaskan : Bulan Ramadhan memiliki keistimewaan pada 2 surah yang disebutkan dalam al-Qur’an yaitu QS. al-Baqarah dan QS. Al-Qadr 1-5. Pemahaman terhadap Ramadhan dapat ditinjau dari dua aspek, pertama Naqliyah (sebagai landasan normatif) yaitu bahwa pada bulan Ramadhan umat Islam diperintahkan menjalankan ibadah puasa, dan al-Quran diturunkan di malam “Lailatul Qadar” yang diyakini sebagai malam lebih baik dari seribu bulan. Kedua Tinjauan Filosofis bahwa ibadah puasa Ramadhan memiliki dua dimensi penting yaitu etis dan spiritual. Etis adalah suatu proses untuk mengendalikan diri, dimana secara syariah dikatakan sebagai “pengendalian diri (fisik)”, tetapi pemahaman secara keseluruhan dimaksudkan pengendalian secara keseluruhan yang tidak terbatas ibadah fisik, berdasarkan keerangan “bahwa orang puasa ada hanya sekedar mendapatkan pahala haus dan lapar”, oleh karena itu pelajaran etika di bulan Ramadhan tidak hanya berhenti setelah selesai bulan Ramadhan, tetapi secara berkesinambungan, karena akan membentuk seseorang memiliki pribadi akhlakul karimah. Dimensi kedua yaitu meningkatkan kesadaran spiritual, artinya eksistensi manusia tidak berdiri sendiri, tetapi karena Dzat yang maha besar yaitu Allah swt, artinya kehadiran manusia di dunia adalah karunia yang diberikan oleh Allah swt, kehadiran manusia pada dasarnya karena ada “sebab” yang tidak berdiri sendiri, maka dengan memiliki “kesadaran” bahwa tujuan manusia adalah beribadah manusia pada hakikatnya telah memiliki “Kesadaran Spiritual” yang tinggi. Keterangan lain berkaitan dengan ini seperti menurut al-Ghazali bahwa orang berpuasa memiliki 3 tingkatan (level): 1).Puasa orang ‘awam yaitu berpuasa sekedar tidak makan dan minum, 2). Puasa orang khusus “al-Khowwas” tidak hanya puasa makan minum tetapi juga menjaga seluruh anggota tubuh terhadap keburukan/dosa sekecil apapun, 3). Puasa seorang yang “Khowwas al-Khowwas” (betul-betul khusus) yaitu tidak hanya puasa makan minum dan menjaga keseluruhan tetapi menjaga “hati” tidak untuk selain Allah. Keterangan lain tentang puasa dari persfektif Muhyiddin Ibnu Arabi’ dengan mengatakan bahwa orang yang berpuasa sebenarnya membentuk kasih sayang, yaitu terhadap diri sendiri, alam semesta, dan kasih sayang kepada Allah, keterangan lainnya seperti dari Rabi’ah al-Adawiyah berkata : Ya Rabb aku mengabdi kepadamu bukan karena syurgamu, juga mengabdi kepadamu bukan karena takut nerakamu tetapi aku mengabdi kepadamu karena cintamu, yang dalam konteks ini dapat dihubungkan terkait ibadah puasa.
Prof. Dr. Umma Farida, Lc., M.A sebagai narasumber ke-3 menyampaikan tema Lailatul Qadr dalam Perfektif Tafsir Hadis dengan menjelaskan “bahwa Lailatul Qadar adalah waktu yang banyak dinantikan oleh umat Islam sebagai “malam yang istimewa” pada bulan Ramadhan. Penyebutan kata “Lailatul Qadr” dalam al-Qur’an ditemukan pada QS. Al-Qadr 1-5 yang menegaskan bahwa penurunan al-Quran terjadi di malam Lailatul Qadar, sehingga diyakini memiliki banyak keistimewaan. Penelusuran lainnya tentang penyebutan tersebut ditemukan tidak hanya satu, pendapat sebagian mufassir merujuk juga QS. Ad-Dukhan ayat 1-6, khususnya pada ayat ke-3 “inna anzalna fi lailatin mubarokatin”, pakar tafsir terdahulu menjelaskan bahwa ayat tersebut terkait penurunan al-Quran disamping (secara umum) disebutkan pada QS al-Qadr 1-5 yang dipahami Jumlatan Wahidatan. Narasumber ke-3 menambahkan : Pertanyaan yang sering muncul terkait Lailatul Qadr adalah apa perbedaan malam Lailatul Qadar dan malam 17 ramadhan?, bahwa penyebutan 17 ramadhan dipahami sebagai waktu turunnya al-Quran pertama kali kepada nabi yaitu pada 17 Ramadhan. Penjelasan lainnya tentang keutamaan Lailatul Qadr yaitu disebutkan sebagai malam dimana malaikat turun ke dunia hatta math’lail fajr (hingga terbit fajar), keutamaan ini diperkuat dalam penjelasan hadis seperti beberapa hadis yang menyebutkan untuk memperhatikan 10 hari terakhir bulan ramadhan, dan keterangan hadis lain yang menyebutkan malam-malam ganjil, semua keterangan ini menunjukan bahwa terkait “Lailatul Qadar” perlu menjadi perhatian bagi semuanya yang memiliki keistimewaan.
Kegiatan Tadabbur Ramadhan setelah pemaparan narasumber, dibuka sesi pertanyaan bagi peserta. Pertanyaan pertama disampaikan Muhammad Ainun Na’im Mahasiswa Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir terkait hadis-hadis (tentang doa) pada bulan Ramadhan yang diajarkan nabi, juga oleh penanya ke-dua yang bertanya tentang tanda-tanda seseorang mendapatkan malam Lailatul Qadr. Kegiatan Tadabbur Ramadhan selanjutnya ditutup dengan pembacaan Khotmil al-Qur’an yang dipimpin oleh Arif Friyadi M.Ag Dosen Program Studi Ilmu Hadis, dan ditutup dengan do’a oleh Dekan Fakultas Ushuluddin yang juga sekaligus menutup kegiatan Tadabbur Ramadhan tahun 2024.